Wednesday, July 19, 2017

Ramalan dan Obat Herbal dari Kelenteng

Klenteng welahan - YM kongco Hian Thian Siang Tee

Kelenteng tidak hanya tempat untuk bersujud dan bersyukur kepada Tuhan (Tian), Shen Ming (Para Suci), dan memuliakan leluhur. Keberadaan dan tetap eksisnya kelenteng yang sudah berumur 5000 tahun, tentu salah satunya disebabkan oleh adanya nilai-nilai magis yang terkandung didalam kelenteng yang sangat bermanfaat bagi siapa saja yang percaya dan yang sedang menghadapi persoalan yang perlu pemecahan atau yang sedang menderita sakit yang perlu penyembuhan. 

Bukti-bukti nilai magis dari kelenteng akan dikaitkan pada masing-masing bahasan di dalam artikel ini.

Beberapa ringkasan contoh dapat dibaca di bawah ini

1. Kemukjizatan dari Tuhan pada waktu terjadinya tsunami yang berkaitan dengan meletusnya Gunung Krakatau pada tahun 1883, terhadap keselamatan penduduk yang berlindung di Kelenteng Banten, dan Kelenteng Tjo See Kong di Tanjung Kait, Jawa Barat. 

2. Perusakan gapura utama (tinggi dan besar) di Kelenteng Gedung Batu (Sam Poo Kong) Simongan Semarang secara paksa oleh pemerintah kota semasa Orde Baru (era Soeharto) pada tanggal 13 Januari 1989. Setahun kemudian yaitu pada tanggal 26 Januan 1990, terjadilah banjir bandang besar berasal dari Kali Banjir Kanal Barat yang mengakibatkan tidak hanya kerugian finansial di pihak masyarakat, kelenteng dan perusahaan manufaktur, tetapi juga memakan korban jiwa beberapa penduduk. 

3. Warga Tionghoa di Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau percaya bahwa peruntungan usaha di tahun 2011 ada di laut Kepercayaan itu timbul setelah mereka memperoleh tanda-tanda dari ritual Go Gwe Cap Go (Bakar Tongkang) yang dilaksanakan setiap tahun oleh Kelenteng In Hok Kiong, yang diikuti 30.000 wisatawan (Kompas2011:3). 

ini adalah dua gambar suasana ritual "Bakar Tongkang".



4. Kesembuhan R.A. Kartini berkat abu Kongco dari Kelenteng Xuan Tian Shang Di (Hian Thian Siang Tee), Welahan, Jepara, merupakan kesaksian kesembuhan tersendiri. Hal ini dapat dibaca dan buku: "Kartini, Surat-surat Kepada Ny, R.M. Abedanon-Mandri dan Suaminya", seri terjemahan KITLV-L1PI yang diterbitkan oleh Djembatan tahun 1992 di Jakarta, halaman 372, seperti terkutip sebagai berikut:

Gambar: RA.KARTINI

Ketahuilah Nyonya, bahwa saya adalah anak Buddha, dan itu sudah jadi alasan untuk pantang maka daging,waktu kecil saya sakit keras, para dokter tidak dapat menolong kami; mereka putus asa. Datanglah seorang cina (orang hukuman yang bersahabat dengan kami,anak-anak). Dia menawarkan diri menolong saya. Orang tua kami menerimanya dan  saya sembuh. Apa yang tidak berhasil dengan obat-obatan kaum terpelajar, berhasil dengan obat tukang jamu. ia menyembuhkan saya dengan menyuruh saya minum abu lidi sesaji kepadu patung kecil dewa Cina. Karena minuman itulah saya menjadi anak leluhur suci Cina itu, yaitu Santik-kong dari Welahan.


5. Kirab ritual Dewa Obat Bao Sheng Da Di (Sam Poo Kecil) di Semarang oleh Kelenteng Tay Kak Sie yang jatuh pada tanggal 1 bulan 5 imlek, adalah untuk memperingati warga Semarang yang pada tahun 1860 pernah diselamatkan dari wabah penyakit yang mematikan (pageblug). Penyakit ini sangat menakutkan karena cepat menyebar dan banyak yang meninggal dunia.
Gambar: Kirab Ritual Dewa Obat,
  rombongan bekun (pelayan kuda) meramaikan arak-arakan memperingati datangnya patung Dewa Obat di Pantai Marina, tanggal 2 Juni 2011
Sumber:  Harian Suara Merdeka.

Adapun cara untuk memperoleh ramalan dan obat herbal dari kelenteng melalui kontak dengan Malaikat atau Shen Ming adalah sebagai berikut:


Dengan Keping-keping Ramalan 

Keping-keping ramalan atau yang biasa disebut "bei" (Pwe) atau "jiao", biasanya berbentuk bulan sabit tumpul, sisi yang satu rata dan yang lain cembung, pada umumnya terbuat dari akar pohon kayu atau bambu. Bagian yang cembung dinamakan "yang" (positif) dan yang rata disebut "yin" (negatif), "Bei" biasanya diletakkan di atas meja pemujaan dan digunakan kalau seseorang ingin mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan perjalanan hidupnya.

Untuk menggunakan keping ramalan ini, seorang pemuja harus lebih dulu menyulut hio dihadapan altar Shen Ming (Para Suci), Dewa (Xian) atau Bodhisattva bersangkutan, kemudian mengemukakan maksudnya mengapa ia ingin melempar "bei' Sepasang "bei' yang terletak di tepi meja altar diambil, dan diputar beberapa kali diatas asap pedupaan yang ada di situ, lalu dilempar ke lantai. Kalau keping--keping itu jatuh pada posisi yang satu terlentang (bagian rata diatas) dan yang lain terlungkup (bagian cembung diatas), dinamakan "shen bei" (siu-pwe), ini menyatakan bahwa sang dewata setuju dengan apa yang ditanyakan oleh si pemuja. Apabila kedua keeping jatuh tergeletak dengan posisi terlungkup, ini berarti sang dewata tidak senang atau gusar, maka keadaan begini disebut "nu-bei" (怒杯berarti pwe-marah) atau "yin-bei" yang berarti pwe-negatif. Kalau kedua keping itu jatuh dengan posisi bagian rata di atas, ini disebut "xiao-bei" (pwe-tertawa), yang bisa diartikan sang dewata belum sepenuhnya mengerti apa maksud si pemuja. Keadaan seperti ini memerlukan si pemuja untuk mengutarakan kembali pertanyaannya secara lebih jelas dan rinci, kemudian 'bei boleh dilemparkan lagi, sampai memperoleh jawaban yang jelas, "shen-bei" atau "yin-bei". 


Dengan "Qian-shi" (Ciam-si) 

Qian-shi adalah serangkum syair yang mengandung ramalan terutama yang berkaitan dengan masalah yang mgm diketahui oleh sang pemuja. Dari arti yang terkandung dalam syair itu sang pemuja memperoleh penjelasan tentang menguntungkan atau tidaknya masalah yang ditanyakan. "Qian" (签) berupa bilah- bilah bambu yang ditempatkan dalam sebuah tabung yang juga terbuat dari bambu dan diletakkan didekat altar. Tiap-tiap bilah bambu mempunyai nomor, setelah sang umat mendapat "qian" maka nomor yang tercantum pada "qian" yang diperolah kemudian dicocokkan dengan nomor yang tertera di lembaran- lembaran kertas ramalan bertulisan syair yang disimpan di kelenteng. Adapun cara meminta "qian" adalah sebagai berikut :

ketika tiba di kelenteng, kita menyulut hio dan menyalakan lilin di depan altar, kemudian berlutut dan menjura sambil mengemukakan mengapa kita ingin mengambil "Qian", misalnya 'Te-cu... (nama), tinggal di.......... karena ada masalah .......... ingin memperoleh petunjuk dari Yang Mulia ....... (sebuah kongco bersangkutan), agar te-cu memperoleh jalan terang selamat tak kurang suatu apapun, serta berhasil dalam pekerjaan....." setelah itu baru kita mengangkat tabung berisi "qian" menghadap ke altar, dan menggucang-guncangkannya sampai sebatang bilah melesat keluar. Bilah yang keluar dari tabung tadi diletakkan di meja altar, kemudian "bei" dilempar untuk menanyakan apakah "qian" yang keluar itu memang sudah sesuai dengan masalah yang ditanyakan. Kalau jawabannya "shen-bei', yang berarti sudah betul, maka nomor yang tertera di qian bisa langsung dipakai untuk mengambil kertas syair dengan nomor yang sama. Tapi kalau jawabannya "yin-bei" kita harus mengembalikan "qian" itu ketabungnya dan menguncang-guncang lagi sampai nomor "qian" yang didapat menghasilkan " shen-bei". 

"Qian shi" ada dua macam, yang pertama adalah "qian-shi" untuk menanyakan masalah-masalah kehidupan, pekerjaan dan lain-lain, dan yang kedua adalah "yao-qian" (药签,yok-ciam) yang berisi resep obat bagi yang menginginkan kesembuhan dari suatu penyakit. 

Orang mengambil "qian-shi" pada umumnya untuk menanyakan masalah-masalah yang berhubungan dengan pekerjaan, kekayaan, perjodohan, mendambakan keturunan, sakit, kehilangan barang, sanak keluarga yang sedang pergi, akan melakukan perjalanan jauh dan lain-lain. Menurut tafsir, qian-shi bisa digolongkan menjadi : bagus (shang-ji), sedang (zhong-deng) dan jelek (xia-qian). 

Demikianlah cara untuk memperoleh ramalan dan obat herbal melalui kontak dengan malaikat guna memecahkan permasalahan hidup yang tidak dapat di selesaikan secara rasional dan cara ini adalah cara yang paling praktis, aman dan murah dengan tingkat kebenaran yang cukup tinggi. 

No comments:

Post a Comment